Hanna

Perlahan terlihat
Perlahan berbunga
Penyempurna kalimat
Penyempurna kenanga

Yang telah diberi oleh hidup
Sebuah kemakmuran sejati
Sebuah cahaya tiada redup
Yang tiada melanggar bakti

Berilah yang tersayang indah
Berilah yang tercinta tenang
Bagai dedaunan hijau di raudah
Bagai pohon rindang yang terkenang

Affannato

Sangat sedih, sangat pedih
Kala bengis, mempertangis
Dan kau, yang melarau!
Berikanlah tangis yang melara, gera!

Sangat pilu, sangat kelu
Raga musnah menyeranah
Meski, yang memaki!
Menelatarkan angan kita!

Dan yang mati!
Melupakan semua janji-janji, derita!
Menggelegarkan dusta sakti!
Gulita!

Cinta, maafkanlah jiwaku ini
Yang membusuk sekarat kini
Relakanlah ragaku ini, tiada kini

Kasih, berikanlahku kesempatan
Untuk mengulang pemacuan
Untuk membakar lagi amukan
Kepada mereka sang ocehan
Dan dian, menerangi belaian

Sungguh lara, sungguh bara
Rona darah, menggeladrah
Walau, yang menghalau!
Meratakan keberanianku!

Sang surya
Cahaya
Berdaya
Percaya

Sayang, maklumilah hidup pendekku
Kutahu kau masih terpaku
Izinkanlah aku membeku,
dan diterungku

Rindu, sadarkanlah kita semua
Bahwa fajar di ujung gegua
Janganlah pernah kau menua
Sampai saat sua

Kepada sang surya
Gemilang cahaya
Selagi berdaya
Aku kan percaya

Malam Tragedi

Di suatu malam penuh gundah
Tersebut seorang pujangga gulana
Yang kalbunya dipenuhi jutaan puisi
Teruntuk segala apa yang nyata dan semu
Hanya saja kisahnya tiada terdengar
Atas malam itu adalah malam kelabu
Malam tragedi yang sungguh gelap

Walau dunia telah ia jadikan wadah
Sang pujangga tiada pernah mencerna
Bahwa tempatnya sungguh penuh asumsi
Kepada siapakah hendaknya berilmu
Terlalu sedih dan gelap serta buyar
Sungguh malang pujangga berpuisi seribu
Karena malam tragedi tak begerlap